MENDA’WAHKAN ISLAM
Da’wah Kolektif – Islam agama bagi seluruh umat manusia, tidak hanya untuk ras atau golongan tertentu. Setiap muslim diharapkan memiliki komitmen da’wah dalam menyebarkan agama ini sebagai rahmatan lil ‘alamin. Da’wah Islam ditujukan kepada seluruh umat manusia, baik sesama muslim maupun kepada yang belum muslim. Menda’wahkan Islam berarti mengajak umat manusia kepada aqidah tauhid, membimbing mereka ke jalan yang lurus menuju kebahagiaan sejati di dunia maupun akhirat, serta untuk mendapatkan keridlaan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Da’wah Kolektif – Setiap muslim harus berusaha memegang teguh komitmen da’wah Islam. Artinya, berusaha untuk menda’wahkan Islam kepada umat manusia serta berupaya untuk terlibat dalam aktivitas da’wah islamiyah.
Setiap muslim berkewajiban dan bertanggungjawab untuk melaksanakan dan memberi dukungan da’wah islamiyah, baik itu ulama, ustadz, mubaligh, ilmuwan, dosen, guru, militer, polisi, pejabat, konglomerat, businessman, direktur, profesional, karyawan, petani, pekerja maupun orang biasa sekalipun. Seberapapun kemampuan, dukungan, partisipasi maupun prestasinya.
Keterlibatan dalam da’wah dapat dilakukan dengan pikiran (bilfikr) dengan tindakan langsung (bilhal), dengan ucapan (billisan), dengan harta (bilmal), dengan tulisan (bilqalam) maupun dengan jiwa (binnafs). Semakin intensif dan beragam jenis keterlibatannya dalam aktivitas da’wah semakin lebih baik.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS 41:33, Al Fushshilat)
ORGANISASI DA’WAH ISLAM
Da’wah Kolektif – Di dalam melaksanakan misi da’wah, meskipun dapat dilaksanakan sendiri-sendiri oleh setiap individu muslim, akan lebih baik bila diselenggarakan secara kolektif dalam sebuah organisasi Islam. Organisasi tersebut dapat berbentuk lembaga pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, profesi, kemasjidan, politik, ormas Islam, maupun dengan nama yang lainnya.
Pada hakekatnya, setiap organisasi Islam adalah organisasi da’wah Islam, dan harus melakukan kegiatan da’wah islamiyah. Kehadiran organisasi-organisasi da’wah Islam mermiliki beberapa alasan, di antaranya:
1. Kebutuhan untuk berda’wah
Da’wah Kolektif – Islam adalah agama da’wah, tanpa adanya da’wah islamiyah eksistensi dari agama ini akan terancam, yang pada akhirnya juga akan mengancam eksistensi umat Islam. Karena itu, da’wah islamiyah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, agar umat Islam dapat berkembang secara kuantitatif -dengan terkonversinya orang-orang non muslim menjadi muslim- dan secara kualitatif -dengan meningkatnya ketaqwaan kaum muslimin.
Da’wah adalah merupakan mesin islamisasi, tanpa adanya da’wah proses islamisasi masyarakat akan terhenti, atau minimal mengalami stagnasi. Karena itu, dalam kehidupan umat manusia diperlukan adanya segolongan orang yang peduli terhadap aktivitas da’wah dan menjadi pelopornya, untuk melaksanakan ‘amar ma’ruf nahi munkar. Kepedulian tersebut, insya Allah, akan membawa dan menjaga umat manusia selalu berada di jalan Allah. Para mujahid da’wah adalah orang-orang yang beruntung karena telah mengikuti perintah dan seruan Rabb-nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya, QS 3:104, Ali ‘Imran, di atas.
2. Perlunya berda’wah secara kolektif dan profesional
Da’wah Kolektif – Misi da’wah dapat dilaksanakan secara individual, akan tetapi da’wah secara kolektif dan profesional merupakan kebutuhan di era modern. Dengan bekerja sama dalam organisasi Islam, insya Allah, akan memberi hasil yang lebih efektif, efisien dan memuaskan dalam mencapai tujuan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan bekerja secara kolektif (‘amal jama’i) antara lain :
a. Memiliki landasan, tujuan, visi, misi dan pengembangan nilai-nilai Islam yang lebih jelas dan lebih terarah bila dibandingkan dengan berda’wah secara individual.
b. Adanya pembagian kerja yang jelas dari masing-masing personil aktivis da’wah, baik sebagai pimpinan, staf maupun pelaksana.
c. Koordinasi dapat dilakukan dengan baik, karena adanya pembidangan kerja dan pembagian tugas yang jelas.
d. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan sehat, karena melibatkan banyak gagasan dan alternatif dalam bermusyawarah.
e. Prinsip penempatan ahlinya pada bidangnya atau the right man on the right place dapat lebih mudah dilakukan.
f. Proses kaderisasi aktivis da’wah dapat berlangsung dengan baik, karena adanya kesempatan untuk mengembangkan diri.
g. Menumbuhkan sikap disiplin, etos kerja, spesialisasi serta profesionalisme masing-masing aktivis da’wah.
h. Mengembangkan suasana ukhuwah islamiyah, kerjasama dan semangat sama-sama bekerja secara sinergis.
i. Mampu menyahuti kebutuhan da’wah yang semakin kompleks dan beragam.
3. Menyahuti kebutuhan da’wah
Da’wah Kolektif – Keberadaan organisasi Islam diharapkan mampu menyahuti kebutuhan da’wah islamiyah yang semakin beragam. Umat Islam menuntut pelayanan da’wah yang semakin profesional. Tidak semua segmen da’wah dapat dipenuhi oleh satu lembaga saja, maka bermunculanlah beraneka ragam organisasi Islam.. Masing-masing organisasi dibentuk bukan untuk menjadi pesaing satu dengan yang lainnya; akan tetapi dalam rangka ber-fastabiqul khairat, menegakkan kalimat Allah dan untuk memenangkan Islam.
Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bentuk dan jenis organisasi Islam alternatif yang dapat menyahuti kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan akan datang. Untuk itu perlu terus diujicoba dan dikembangkan bentuk-bentuk dan jenis-jenis aktivitas da’wah yang memiliki relevansi dengan kehidupan umat manusia di era modern ini, yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan globalisasi. Umat Islam perlu melakukan perbaikan dan pengembangan aktivitas da’wah yang selama ini dilakukan.
TUJUAN, VISI DAN MISI DA’WAH
Da’wah Kolektif – Untuk dapat menyahuti kebutuhan da’wah secara aktual diperlukan organisasi Islam yang memiliki tujuan, visi dan misi da’wah yang jelas. Organisasi ini ditata dengan sistim management modern dengan sumber daya manusia (SDM) pendukungnya yang istiqomah dan profesional. Selain itu, juga memiliki strategi, aktivitas, program maupun pengembangan yang berwawasan ke depan.
Setiap organisasi Islam perlu merumuskan tujuan, visi dan misinya yang memiliki korelasi dengan da’wah islamiyah.
Tujuan
Da’wah Kolektif – Tujuan sangat penting karena memberi arah aktivitas yang dilakukan. Tujuan yang baik tidak hanya berorientasi duniawi tetapi juga ukhrawi. Pernyataan (statement) tujuan dinafasi nilai-nilai Islam, misalnya: “Terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah dan mengharap keridlaan-Nya.“
Visi
Da’wah Kolektif – Visi memberi gambaran arah atau wujud di masa depan. Penetapan visi organisasi Islam yang tepat, insya Allah, akan memberi semangat, daya juang dan daya saing yang menguntungkan dalam mencapai tujuan. Karena itu, perlu dinyatakan secara jelas, konsepsi pemikirannya luas, mudah dimengerti dan dipahami, aktual sekarang maupun masa datang, memiliki nilai kompetitif, dan realistis. Visi diharapkan dapat:
1. Memperjelas arah dan tujuan perjalanan organisasi.
2. Meningkatkan daya juang dan daya saing dalam mengalokasikan waktu dan seluruh sumber daya.
3. Membangkitkan kemampuan unik untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
4. Menjadi standard keunggulan.
5. Menjadi bagian cita-cita yang ingin dicapai dan direalisasikan.
Rumusan pernyataan visi haruslah mampu menumbuhkan ghirah yang penuh harapan bagi para aktivisnya. Kandungan kalimat di dalamnya seolah sinar yang memancarkan pencerahan. Contoh Visi organisasi adalah: “Insya Allah, menjadi lembaga pelayanan, pelatihan, konsultasi, pusat data dan informasi serta pengembangan Da’wah Islam yang handal, kreatif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.”
Visi menjadi milik bersama para aktivis da’wah yang bernaung di dalamnya, untuk dipahami, disosialisasikan dan direalisasikan. Aktivitas yang diselenggarakan organisasi harus selalu mengarah pada visi. Agar pernyataan visi yang telah dirumuskan, insya Allah, dapat diwujudkan baik sekarang maupun masa yang akan datang.
Visi adalah arah wujud yang ingin dicapai, sementara misi merupakan jalan yang mengarah ke sana. Contoh Misi organisasi adalah:
1. Menghimpun dan menghadirkan data da’wah Islam yang akurat, aktual dan dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Menyimpan, membuat dan mempublikasikan informasi da’wah Islam yang memiliki ruang lingkup luas dan menjadi alternatif.
3. Menyelenggarakan pelayanan, pelatihan dan konsultasi da’wah Islam yang berkualitas.
4. Melakukan pengkajian, pengembangan dan menghadirkan standard-standard da’wah Islam.
5. Memasyarakatkan dan mendorong peningkatan peran da’wah Islam dalam rangka menuju kebangkitan Islam.
Implementasi Tujuan, Visi dan Misi dinyatakan dalam bentuk Program Kerja dan aktivitas yang diselenggarakan. Organisasi Islam perlu menyusun Program Kerja secara periodik, yang dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP), dan ditindaklanjuti dengan melaksanakan aktivitas da’wah sesuai dengan perencanaan tersebut.
Selanjutnya, hasil-hasil pelaksanaan aktivitas dilaporkan, didokumentasikan dan dievaluasi untuk ditindaklanjuti dengan aktivitas maupun program perbaikan yang berkelanjutan (cotinuous improvement).
STRATEGI ORGANISASI
Da’wah Kolektif – Strategi yang disusun organisasi Islam diharapkan dapat menyatukan seluruh rencana serta mengikat semua bagian menjadi terpadu dan serasi. Perkembangan organisasi ditetapkan dengan mempertimbangkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) atau yang lebih dikenal dengan analisa SWOT. Fase kemajuan lembaga secara kronologis-teoritis direncanakan (forecasting) dengan mempertimbangkan faktor-faktor kesuksesan, yaitu:
1. Fase Penumbuhan
Da’wah Kolektif – Langkah awal adalah membentuk organisasi Islam permanen. Karena itu perlu legalitas formal dengan mendirikan ormas Islam, yayasan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau lembaga lainnya yang disahkan oleh Notaris. Dalam akte Notaris biasanya hanya terdapat Anggaran Dasar, karena itu perlu segera dilengkapi dengan Anggaran Rumah Tangga dan pedoman-pedoman dasar organisasi lainnya, seperti: pedoman kepengurusan, pedoman administrasi, kesekretariatan dan protokoler, pedoman pengelolaan keuangan, pedoman pelatihan, pedoman perkaderan dan lain sebagainya.
Untuk penataan administrasi diperlukan adanya kantor sekretariat, kop surat, amplop, stempel dan alat-alat perkantoran lainnya. Juga selekasnya dilengkapi dengan alamat tetap (domisili), almari, papan-papan kegiatan, mesin ketik, telephone, faximile, komputer, rekening Bank dan lain sebagainya. Tidak kalah penting adalah penerapan sistim administrasi yang baik.
Pada fase penumbuhan, langkah yang perlu didahulukan adalah melakukan konsolidasi (penguatan), baik konsolidasi program, sumber daya maupun aktivitas.
Langkah konsolidasi dimaksudkan agar lembaga memiliki fondasi yang cukup kuat dalam melaksanakan misi da’wah-nya. Namun, ini bukan berarti organisasi Islam tersebut tidak menyelenggarakan aktivitas yang semestinya bisa dilakukan.
Di antara aktivitas yang perlu dilaksanakan adalah melakukan rekrutmen relawan da’wah (volunteer) atau aktivis da’wah, membuka kerja sama dengan organisasi Islam lokal maupun nasional, menyusun peta da’wah, public relation yang intensif, pengadaan koleksi materi da’wah, data dan informasi, serta ikut terlibat dalam jaringan ormas Islam.
Selain itu, menyelenggarakan pelayanan da’wah, pelatihan, publikasi, konsultasi serta melakukan pengkajian dan pengembangan aktivitas secara berkesinambungan.
Perlu dirumuskan pasar dan jasa da’wah yang bisa ditawarkan kepada masyarakat, yang diikuti dengan langkah-langkah kerja sama dan dukungan pendanaan. Juga, garis-garis besar perencanaan aktivitas dapat ditetapkan bersama dengan penetapan Program Kerja jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang dilengkapi metode pelaksanaannya.
2. Fase Pembinaan
Da’wah Kolektif – Merupakan fase pemantapan. Stabilitas kegiatan dijaga dan apa yang belum terlaksana dalam fase penumbuhan sebaiknya terwujud di sini. Penyusunan quality manual, standard operation procedure, work instruction dan form activity segera dilakukan. Orientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) juga semakin diutamakan.
Dalam fase ini pemantapan organisasi maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) Pengurus dan relawan da’wah-nya perlu ditingkatkan melalui kerja sama dengan berbagai organisasi, pelatihan, studi banding, kursus, kaderisasi dan lain sebagainya. Pendanaan organisasi harus semakin dapat diandalkan dan dijamin kontinyuitasnya untuk menunjang keberlangsungan aktivitas.
3. Fase Pengembangan
Da’wah Kolektif – Kerja sama baik lokal maupun nasional makin ditingkatkan serta membuat jaringan aktivitas yang lebih luas. Usaha-usaha profit oriented untuk mendukung pendanaan da’wah mulai ditumbuhkembangkan secara lebih serius dengan melakukan diversifikasi usaha. Tentu saja, tanpa meninggalkan aktivitas yang bersifat sosial. Diharapkan kemandirian organisasi semakin mantap dan keberadaannya semakin diakui baik oleh organisasi-organisasi lokal maupun nasional, sehingga semakin membuka kesempatan da’wah yang seluas-luasnya.
PROGRAM DAN PENGEMBANGAN
Da’wah Kolektif – Program Kerja disusun secara periodik dan diterjemahkan berupa Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP). Dalam menjabarkan Program Kerja perlu dipertimbangkan kemampuan dan kebutuhan lembaga. Penentuan prioritas dan melangkah secara stepwise adalah lebih baik dari pada satu lompatan besar untuk jatuh.
Namun, bukan harus berarti jalan ditempat. Penyusunan Program Kerja perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi aktual di masyarakat, agar terjadi simbiose yang saling menguntungkan antara organisasi dan umat. Sehingga aktivitas da’wah yang ditawarkan dapat diterima umat demikian pula kebutuhan maupun keinginan umat dapat dipenuhi.
Pengembangan organisasi diperlukan untuk menyahuti keinginan dan kebutuhan akan kemajuan di masa datang. Dengan memperhatikan berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan pengembangan dapat dilakukan dengan membentuk lembaga-lembaga underbouw maupun diversifikasi bidang kerja dan aktivitas.
Organisasi Islam perlu merumuskan pembidangan kerja yang dapat menyahuti tujuan, visi, misi dan pengembangannya. Pembagian bidang kerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Lingkup kerja yang luas.
2. Berkaitan dengan sistim yang lebih besar.
3. Memiliki nilai jual dan kompetisi yang menjanjikan.
4. Memberi sumbangan besar bagi kemajuan umat, khususnya di bidang da’wah Islam.
5. Bermanfaat bagi masyarakat luas.
Beberapa bidang yang bisa dihadirkan pada saat awal dibentuk adalah:
1. Bidang Administrasi dan Keuangan
Da’wah Kolektif – Memberi dukungan administratif dan keuangan organisasi dalam melakukan aktivitas da’wah di bidang pelayanan, pelatihan, pengkajian, publikasi dan konsultasi. Menyusun pedoman-pedoman dan standard dalam pengelolaan organisasi maupun aktivitas da’wah serta memberi dukungan pendanaan bagi terselenggaranya seluruh aktivitas.
2. Bidang Pelayanan dan Pelatihan
Da’wah Kolektif – Memberi pelayanan da’wah Islam secara langsung kepada masyarakat. Pelayanan da’wah dilakukan dengan menyiapkan relawan da’wah, seperti: da’i, mubaligh, khatib, instruktur, penceramah dan lain sebagainya. Menyelenggarakan dan mengembangkan pelatihan da’wah Islam, baik internal maupun eksternal.
3. Bidang Pengkajian, Publikasi dan Konsultasi
Da’wah Kolektif – Mengkaji dan mengembangkan da’wah Islam secara lebih luas terutama fungsi dan perannya dalam masyarakat modern, serta melakukan penelitian maupun uji coba terhadap standard, pedoman, panduan dan konsep da’wah yang akan atau telah dihasilkan. Mempublikasikan dan mengembangkan informasi da’wah secara luas serta menghadirkan media da’wah islamiyah. Memberi pelayanan konsultasi dan membantu umat dengan bimbingan, konsep dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan dalam menda’wahkan Islam.
PENUTUP
Da’wah Kolektif – Keberadaan organisasi Islam adalah untuk mengaktualisasikan dan meningkatkan da’wah islamiyah di era yang telah dicanangkan umat Islam sedunia sebagai Abad Kebangkitan Islam. Organisasi Islam yang dibentuk perlu merumuskan dirinya dengan menetapkan tujuan, visi dan misi serta cara-cara yang akan ditempuh dalam mencapainya. Dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman maupun faktor-faktor kesuksesan segala posisi dan kondisi lembaga dirumuskan agar lebih terarah. Selanjutnya apa yang telah ditetapkan dapat dimengerti, dipahami dan diimplementasikan dalam kerja-kerja amal shalih para aktivisnya.
Dengan mengembangkan metode da’wah yang mampu menyahuti keinginan dan kebutuhan umat, insya Allah, misi da’wah yang diemban dapat diwujudkan. Untuk itu perlu didukung para aktivis da’wah yang ikhlas dan istiqamah, yang mengedepankan sikap mencari ridla Allah subhanahu wa ta’ala serta diikuti dengan kinerja yang profesional.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS 3:104, Ali ‘Imran)